Jakarta - Jika Anda mempunyai anak yang mengalami disleksia (susah membaca), ada sebuah cara mudah untuk membantunya. Penelitian yang dilakukan di Italia menunjukkan bahwa memperlebar jarak antarhuruf dalam sebuah kata bisa meningkatkan kecepatan dan akurasi membaca mereka
Kemajuan teknologi telah memungkinkan cara ini dilakukan terhadap buku elektronik, sehingga memungkinkan dilakukannya manipulasi teks. Demikian diungkapkan para ahli.
Para ilmuwan dari University of Padua di Italia menganalisis 34 anak berkebangsaan Italia dan 40 anak berkebangsaan Prancis yang mengalami disleksia dan berusia antara delapan hingga 14 tahun. Mereka menemukan bahwa memperlebar jarak antarhuruf bisa membantu para siswa tersebut 20 persen lebih baik dalam akurasi membaca teks.
“Kami terkejut dengan bermanfaatnya jarak antarhuruf,” kata ketua peneliti, Marco Zorzi, profesor psikologi dan kecerdasan artifisial, seperti dikutip Health Day.
“Kenaikan rata-rata dalam kecepatan membaca setara dengan yang diobservasi selama satu tahun dan mengurangi separuh kesalahan saat berbicara untuk dirinya sendiri,” ujar Zorzi. Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal PNAS.
Disleksia merupakan ketidakmampuan yang berbasis bahasa, yang disebabkan oleh kesulitan belajar mengenali kata-kata tertulis. Gangguan ini diperkirakan mempengaruhi lima persen anak-anak usia sekolah. Begitu kata para peneliti. Di antara bentuk disleksia ini adalah anak-anak yang membutuhkan waktu satu tahun untuk membaca huruf atau angka tertentu, sementara anak lain hanya membutuhkan waktu dua hari.
Manipulasi jarak (spasi) didasarkan pada fenomena yang dikenal sebagai “visual cwording”, yakni sebuah huruf lebih sulit diidentifikasi ketika posisinya berdekatan dan dikelilingi oleh huruf-huruf lain. Kondisi tersebut biasanya berpengaruh pada orang dengan disleksia karena mengenal huruf merupakan basis dalam membaca.
“Hal ini menjelaskan bahwa untuk orang disleksia, masalah (jarak antarhuruf) ini menjadi lebih kritis. Diperlukan jarak yang bagus dari huruf-huruf di berbagai tempat dan untuk setiap orang jarak tersebut berbeda-beda,” kata Guinevera Eden, Direktur Center for Study of Learning dan profesor pediatrik di Georgetown University di Washington DC.
Kemajuan teknologi saat ini telah memungkinkan dibuatnya strategi yang membantu orang dengan disleksia. Di antaranya buku-buku teks, dokumen riset dan novel yang bisa diperoleh secara digital atau dalam bentuk elektronik. “Dengan teknologi yang ada saat ini untuk mengajari anak-anak membaca, informasi ini menjadi sangat penting. Banyak sekolah dengan anak-anak disleksia memanfaatkan teknologi untuk mengubah buku cetak mereka, sehingga lebih mengakomodasi anak-anak tersebut,” kata Eden lagi.
Kemajuan teknologi telah memungkinkan cara ini dilakukan terhadap buku elektronik, sehingga memungkinkan dilakukannya manipulasi teks. Demikian diungkapkan para ahli.
Para ilmuwan dari University of Padua di Italia menganalisis 34 anak berkebangsaan Italia dan 40 anak berkebangsaan Prancis yang mengalami disleksia dan berusia antara delapan hingga 14 tahun. Mereka menemukan bahwa memperlebar jarak antarhuruf bisa membantu para siswa tersebut 20 persen lebih baik dalam akurasi membaca teks.
“Kami terkejut dengan bermanfaatnya jarak antarhuruf,” kata ketua peneliti, Marco Zorzi, profesor psikologi dan kecerdasan artifisial, seperti dikutip Health Day.
“Kenaikan rata-rata dalam kecepatan membaca setara dengan yang diobservasi selama satu tahun dan mengurangi separuh kesalahan saat berbicara untuk dirinya sendiri,” ujar Zorzi. Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal PNAS.
Disleksia merupakan ketidakmampuan yang berbasis bahasa, yang disebabkan oleh kesulitan belajar mengenali kata-kata tertulis. Gangguan ini diperkirakan mempengaruhi lima persen anak-anak usia sekolah. Begitu kata para peneliti. Di antara bentuk disleksia ini adalah anak-anak yang membutuhkan waktu satu tahun untuk membaca huruf atau angka tertentu, sementara anak lain hanya membutuhkan waktu dua hari.
Manipulasi jarak (spasi) didasarkan pada fenomena yang dikenal sebagai “visual cwording”, yakni sebuah huruf lebih sulit diidentifikasi ketika posisinya berdekatan dan dikelilingi oleh huruf-huruf lain. Kondisi tersebut biasanya berpengaruh pada orang dengan disleksia karena mengenal huruf merupakan basis dalam membaca.
“Hal ini menjelaskan bahwa untuk orang disleksia, masalah (jarak antarhuruf) ini menjadi lebih kritis. Diperlukan jarak yang bagus dari huruf-huruf di berbagai tempat dan untuk setiap orang jarak tersebut berbeda-beda,” kata Guinevera Eden, Direktur Center for Study of Learning dan profesor pediatrik di Georgetown University di Washington DC.
Kemajuan teknologi saat ini telah memungkinkan dibuatnya strategi yang membantu orang dengan disleksia. Di antaranya buku-buku teks, dokumen riset dan novel yang bisa diperoleh secara digital atau dalam bentuk elektronik. “Dengan teknologi yang ada saat ini untuk mengajari anak-anak membaca, informasi ini menjadi sangat penting. Banyak sekolah dengan anak-anak disleksia memanfaatkan teknologi untuk mengubah buku cetak mereka, sehingga lebih mengakomodasi anak-anak tersebut,” kata Eden lagi.
Sumber : tempo.co | Kumpulan Informasi Menarik | Foto : ilustrasi
Tags : Dunia Anak
0 comments:
Post a Comment