Seorang motivator pernah mengungkapkan bahwa pikiran positif membaikkan kehidupan. Apa benar?
Being positive! Itu yang selalu orang-orang, juga diri kita sendiri pegang, kata-kata penyemangat yang memang mengajarkan kita untuk terus berpikir dan bertindak positif demi melewati tiap masalah maupun menggapai mimpi. Tapi, pernah nggak berpikir kalau kata itu kadang menjebak? Menjadi positif terus-menerus, apa nggak membuat kita takabur? Sebaliknya, pandangan negatif yang kelewat batas juga membawa kehancuran pada mental kita sendiri. Lalu, bagaimana seharusnya kita bersikap? Pernah jugakah mendapat manfaat positif dari pikiran negatifmu sendiri?
Ada juga yang mengatakan, untuk sukses buang jauh-jauh pikiran negatif. Padahal, jika ingin sukses kita pun harus melakukan introspeksi, berkaca pada hal-hal yang telah kita lakukan sebelumnya. Kalau pikiran kita selalu positif, bagaimana bisa kita melihat kekurangan kita untuk kemudian memperbaikinya? Bagaimana kita bisa mengakui kelemahan, hal-hal negatif dalam diri kita, kalau yang diingat dan lihat cuma hal-hal positif? Dan, bukankah pikiran positif membawa pikiran kita ke hal-hal baik yang berujung pada mimpi, khayalan belaka?
Dalam sebuah blog pun dituliskan, tindakan yang paling mudah untuk mengondisikan pikiran agar bisa selalu positif adalah dengan selalu bersyukur. Nikmati saja apa yang telah terjadi saat ini, rasakan sebagai berkat. Dengan cara ini, pikiran secara otomatis akan menjauhi hal negatif. Kalau terlampau menikmatinya, bukannya kita juga stuck di satu titik dan lupa berkembang?
Sikap negatif, seperti rendah diri dan pesimis, siapa bilang nggak berguna buat hidup kita? Justru dengan merasakan sendiri keadaan saat kita merasa paling nggak berguna dan pesimis dengan masa depan kita, justru akan lahir motivasi untuk bangkit dan membalas perasaan itu dengan bukti riil, keberhasilan. “Ya, saya dulu minder dan selalu pesimis dengan bisnis yang saya pilih ini, tapi dari sana muncul pertanyaan baru, ‘Ah, masa begini saja sudah menyerah.’ Saya tahu perasaan minder itu menyiksa saya, jadi saya nggak mau terus-terusan merasa begitu. Saya harus bangkitkan usaha saya,” kenang Pauline, entrepreneur, 30 tahun.
Menganggap diri hebat memang meningkatkan kepercayaan diri, tapi kalau hasilnya berlebihan, apa yang akan terjadi ke depannya? “Orang sering salah antara berpikir positif dengan terlalu percaya diri. Sebenarnya memang itu tujuan utama berpikir positif, supaya jadi percaya diri, semangat lagi, dan kembali fokus ke mimpinya. Tapi, nggak sedikit yang kelewat positif. Mengarahnya jadi negatif kalau sudah begitu, jadi merasa seolah apa yang dilakukan sudah maksimal.”
Dalam hal pekerjaan misalnya. Hari ini prestasi kerjamu luar biasa dan mendapat banyak pujian dari atasan, kemudian pikiran positifmu mulai bermain sehingga jadi merasa bisa mengerjakan hal lain dengan pencapaian sama bahkan lebih tanpa usaha maksimal karena sudah punya pengalaman. Apa jadinya? Tanpa inovasi, apa yang kamu hasilkan cuma akan dicap monoton. Padahal, pekerjaanmu menuntut kreativitas tinggi. Inovasi cenderung bisa diperoleh dari perenungan matang tentang kelebihan, dan yang utama, kekurangan karya sebelumnya. Dengan begitu karya baru menyempurnakan yang sudah ada sebelumnya. Begitu seterusnya.
So, lihat kan, berpikir positif nggak selalu berhasil jadi solusi tiap masalah. Ada kalanya kita harus berpikiran negatif, merendahkan diri untuk memacunya bangkit, sama seperti saat jatuh kemudian bangkit dan berlari. Pikiran ini membantu kita melangkah dengan bekal ketidaksempurnaan supaya terus ada perbaikan. Pikiran negatif membantumu bangun dari khayalan dan siap jalani realitas, sementata pikiran positif bisa jadi penyemangat dan apresiasi di sepanjang perjalananmu menyempurnakan hidup. Setuju?
Sumber : fimela.com | Kumpulan Informasi Menarik | Foto : dok
Tags : Lifestyle, Psikologi
0 comments:
Post a Comment