Facebook Facebook Facebook Facebook

ANDROID

Mana yang Lebih Memprihatinkan, Anak Obesitas atau Kurang Gizi?

Jakarta, Tidak hanya kurang gizi, Indonesia kini menghadapi double burden dengan banyaknya anak yang mengalami obesitas. Kondisi ini sangat memprihatinkan karena harus melanda anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa. Mana yang lebih memprihatinkan, anak kurang gizi atau obesitas?

Malnutrisi (kurang gizi) telah sejak lama menjadi salah satu masalah kesehatan paling utama di negara-negara berkembang, tak terkecuali di Indonesia.

Namun perkembangan ekonomi yang pesat dan meningkatnya standar hidup sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara yang mengalami transisi nutrisi, di mana isu gizi saat ini tidak sekedar mencakup masalah kekurangan nutrisi pada anak tetapi juga obesitas anak.

"Pada negara-negara yang mengalami transisi nutrisi, kekurangan gizi dan nutrisi seperti zat besi, vitamin A dan zinc pada anak, terjadi bersamaan dengan kasus obesitas dan penyakit nutrisi kronis lainnya. Kami menamakan kondisi ini sebagai double burden," jelas Prof Ricardo Uauy, MD, PhD, profesor di bidang nutrisi dan kesehatan umum dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, Universitas London, dalam acara konferensi pers 'Komitmen Bersama Institusi Kesehatan dan Pelaku Industri dalam Mengatasi Penyakit Degeneratif dan Double Burden di Indonesia' di Hotel Shangril-La, Jakarta, Selasa (29/5/2012).

Menurut Prof Ricardo, adanya perubahan pada pola konsumsi makanan dan aktivitas fisik masyarakat menjadi penyebab utama kasus-kasus ini. Selama lebih dari 20 tahun terakhir, pola hidup pada negara-negara yang mengalami transisi nutrisi banyak dipengaruhi oleh globalisasi.

Berbagai faktor seperti urbanisasi, perbaikan sanitasi, pengaruh berbagai kebijakan di bidang pertanian, kemudahan akses pada teknologi dan pengaruh pesatnya informasi dari televisi dan media massa juga turut memberikan perubahan yang signifikan pada sistem pangan dan pola konsumsi keluarga Indonesia.

"Indonesia kan negara agraris, petani ambil makanan dari ternak dan kebun sendiri. Kalau paceklik ya akibatnya gizi kurang dan lain-lain. Dengan adanya industrialisasi, orang desa pada pindah ke kota. Banyak kerjaan jadi sibuk nggak sempat masak sendiri. Akhirnya beli makanan di luar, nah yang banyak dijual kan makanan western yang tinggi energi (kalori) tapi rendah gizi, jadilah obesitas," jelas DR dr Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A (K), Ketua UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia).

Kurang gizi dan obesitas sama-sama menjadi masalah besar bagi masa depan Indonesia. Bagaimana tidak, anak-anak yang kini mengalami kurang gizi atau obesitas kelak akan menjadi calon-calon pemimpin bangsa.

Kurang gizi pada anak dapat menyebabkan pertumbuhan terganggu, tubuh pendek (stunting) atau kurangnya kemampuan otak. Sedangkan obesitas pada anak dapat meningkatkan risiko anak menderita diabetes, hipertensi (tekanan darah tinggi), kolesterol tinggi, penyakit jantung dan stroke lebih dini.

"Negara menjadi tidak produktif bila masyarakatnya mati muda atau menjadi tidak produktif di usia muda," jelas Prof Ricardo.

Sumber : health.detik.com | Kumpulan Informasi Menarik | Foto : Thinkstock
Tags : Dunia Anak

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Mr. Android © 2011 Design by Army Boots